Khutbah Jumat: Gapai Berkah, Jauhi Riba
------------------------------------------------------------------------------------------------
Khutbah Pertama:
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Khutbah Pertama:
اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ الله تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
وَقَال اَيٍضًا : يَمْحَقُ
اللهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ
أَثِيمٍ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pertama, marilah kita panjatkan puja
dan puji syukur kita kepada hadirat Allah Swt. Atas limpahan karunia dan
hidayah-Nya kita dapat melaksanakan sholat Jumat ini dalam keadaan sehat wal
afiat. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita semua,
Nabi Agung, Muhammad Saw, juga kepada para keluarganya, para sahabatnya serta
semoga kita termasuk umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya kelak di hari
kiamat.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah Swt, yaitu berusaha untuk melaksanakan semua
perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, karena iman dan taqwa inilah
yang akan menentukan nassib kita di akhirat kelak. Bukan tingginya jabatan,
banyaknya harta, terhormatnya nasab keturunan ataupun yang lainnya, hanya
ketaatan kepada syara’ lah yang akan menentukan nilai pribadi kita di hadapan
Allah Swt.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Islam datang
sebagai agama yang sempurna dan aturan yang lengkap. Islam datang untuk
memperbaiki negara dan manusia. Islam telah menyiapkan sistem yang mengatur
segala urusan dunia dan akhirat yang meliputi apa yang akan terjadi sesudah
mati. Islam sangat peduli terhadap upaya pelurusan akidah dan ibadah, serta
perbaikan akhlak dan muamalah. Semua aturan yang membawa kebaikan bagi individu
maupun masyarakat, bagaimanapun bentuknya telah dibawa dan dianjurkan oleh
Islam. Islam ketika diterapkan secara kaaffah (menyeluruh) terbukti
mampu melahirkan peradaban agung yang belum pernah disaksikan sebelumnya oleh
manusia sepanjang sejarah. Salah satu sistem penting adalah aspek ekonomi di
dalam kehidupan individu dan umat. Karena aspek ini sangat penting di dalam
hidup manusia dan realitas sehari-hari kita. Faktanya, ketika kita terbangun di
pagi hari maka aspek ekonomi ini mendominasi kegiatan kita, bahkan hingga kita
kembali menutup mata untuk menatap hari esok. Begitu seterusnya.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Salah satu ciri khas dan
keistimewaan undang-undang ekonomi Islam ialah diharamkannya riba dan
diancamkannya dengan ancaman keras terhadap pelaku-pelaku praktik riba. Karena
riba memiliki banyak dampak negatif, akibat buruk, ancaman bahaya, bencana
berkepanjangan, sanksi dunia dan Akhirat, dan sangat merugikan kehidupan
individu maupun masyarakat. Riba adalah dosa besar, kejahatan sadis, dan
bencana dahsyat yang diharamkan berdasarkan Kitab Allah, Sunnah Rasulullah, dan
ijma’ (konsensus) umat Islam. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
menyebutkan sebagai salah satu dari tujuh dosa besar yang membinasakan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radiyallahu
‘Anhu. Riba adalah satu-satunya dosa yang paling besar menurut Allah dan merupakan
salah satu perbuatan paling keji yang diharamkan di dalam seluruh syariat
samawi (yang turun dari langit). Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
فَبِظُلْمٍ مِّنَ الَّذِينَ هَادُوا
حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ
اللهِ كَثِيرًا وَأَخْذِهِمُ الرِّبَاوَقَدْنُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ
النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Maka disebabkan kezaliman
orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik
(yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah melarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta
orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (QS.
An-Nisa’: 161)
Orang-orang yang mengkonsumsi riba
diancam dengan ancaman yang keras di dunia dan Akhirat. Mereka diancam dengan
azab di Neraka dan tempat tinggal yang seburuk-buruknya. Orang-orang yang
menjalankan praktik riba adalah orang-orang yang memerangi Allah dan Rasulnya.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ وَذَرُوا مَابَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ فَإِن
لَّمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَإِن تُبْتُمْ
فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُونَ وَلاَ تُظْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS.
Al-Baqarah :278-279)
Beranikah orang-orang yang memiliki
sedikit akal sehat atau sebutir debu iman menyatakan perang terhadap Rabb
Yang Mahaperkasa, Mahakuasa, Mahagagah, dan memiliki kerajaan dan bumi? dan siapa
pun yang berani menyatakan perang terhadap Allah, ia pasti kalah dan menjadi
pecundang.
Riba mengandung arti melawan agama
Allah dan menentang Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang
telah membatalkan perilaku jahiliyyah, termasuk praktik riba. Rasulullah
bersabda,
“Dan riba jahilyyah itu dibatalkan.
Dan riba pertama yang aku batalkan ialah riba kami, riba Abbas bin Abdul Muthalib.
Karena sesungguhnya semua jenis riba itu dibatalkan.” (HR. Muslim)
Hal ini disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu
‘Alihi Wasallam dalam khutbah Haji Wada’.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Riba dapat
merusak negara dan manusia. Riba berpotensi menyia-nyiakan berbagai
kemaslahatan umat manusia dan membahayakan harta benda mereka. Riba dapat
menghapuskan kebajikan dan menghapuskan kebaikan kepada sesama. Riba juga dapat
menghabiskan kekayaan dan menghapus dan menghapus keberkahan.
يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَا وَيُرْبِي
الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (QS. Al-Baqarah: 276)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Tidaklah riba menggejala di dalam
suatu umat, melainkan akan membinasakannya. Tidaklah riba merajalela di dalam
suatu masyarakat, melainkan akan menghancurkannya. Dan tidaklah riba marak di
dalam suatu umat, melainkan kemiskinan, penyakit dan kezaliman akan mendera
mereka. Kita sering sekali melihat dan mendengar pristiwa musnahnya harta benda
akibat tenggelam, kebakaran atau hukuman-hukuman duniawi lainya. Dan kita juga
sering sekali membaca dan menyaksikan krisis ekonomi yang melanda dunia akibat
akumulasi hutang yang luar biasa besarnya akibat praktik riba.
Rasulullah Saw bersabda:
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا
فِيْ قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ
Jika
zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah
menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri (HR al-Hakim, al-Baihaqi dan ath-Thabrani)
وَلَعَذَابُ اْلأَخِرَةِ أَشَدُّ
وَأَبْقَى
Dan sesungguhnya azab di akhirat itu
lebih berat dan lebih kekal. (QS. Thaaha: 127)
Simaklah kondisi orang-orang yang
memakan harta riba. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
الَّذِينَ يَأْكُلوُنَ الرِّبَا لاَ
يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
Orang-orang yang makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan. (QS. Al-Baqarah: 275)
Menurut para ahli tafsir, maksudnya
ialah mereka akan bangkit dari kubur kelak pada hari kiamat seperti orang yang
kesurupan dan kerasukan setan. Setiap kali hendak berdiri, mereka mendadak
pingsan. Dan setiap kali hendak bangkit, mereka mendadak jatuh tersungkur.
Mereka seperti orang yang kerasukan setan.
Abu Said Al-Khudri Radiyallahu
‘Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
“Ketika melaksanakan perjalanan
Isra’ aku bertemu dengan orang-orang yang perutnya ada di hadapan mereka.
Masing-masing perutnya sebesar rumah yang besar. Perut mereka membuat tubuh
mereka miring dan tidak bisa bergerak. Setiap kali hendak berdiri mereka
dipaksa miring oleh perut mereka sendiri. Lalu aku bertanya, ‘Siapakah mereka
itu, Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah para pemakan harta riba. Mereka
tidak dapat berdiri melainkan seperti orang yang senpoyongan karena kerasukan
setan.’”
Imam Ahmad dan Ibnu Majah
meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Pada malam Isra’ aku mendatangi
kaum yang perutnya seperti rumah. Di dalamnya terdapat banyak ular yang bisa
dilihat dari luar perut mereka. Lalu aku bertanya, ‘Siapakah mereka itu,
Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Mereka adalah para pemakan harta riba.’” (Al-Musnad, 2/363 dan Ibnu Majah, 2273)
Al-Bukhari meriwayatkan dari Samurah
bin Jundub Radiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda,
“Malam ini aku bermimpi melihat dua
orang laki-laki yang datang kepadaku kemudian membawaku keluar ke tanah suci.
Lalu kami pun berangkat hingga sampai pada sebuah sungai yang berisi darah. Di
situ ada seorang laki-laki yang berdiri di tengah-tengah sungai, sementara di
tepi sungai ada laki-laki yang lain di depannya ada batu. Kemudian orang yang
ada di sungai itu datang, lalu ketika ia hendak keluar (dari sungai), maka
orang yang di tepi sungai itu melemparinya dengan batu tepat pada mulutnya,
hingga membuatnya kembali ke tempat semula. Jadi setiap kali ia hendak keluar
(dari sungai) maka mulutnya selalu dilempar dengan batu, hingga ia kembali
seperti semula. Aku bertanya, ‘Apa ini?’ Ia menjawab, ‘Orang yang kau lihat di
sungai adalah pemakan riba.’” (Shahih Al-Bukhari, 2085)
Ibnu Majah, Al-Hakim dan Al-Baihaqi
meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu
‘Alahi Wasallam bersabda,
“Riba ada 73
pintu. Yang paling ringan adalah seperti orang yang berzina dengan ibu
kandungnya.” (Sunan Ibnu Majah, 2275, Al-Mustadrak,
2/37 dan Syu’abul Iman, 5519)
Anas bin Malik berkata,
“Rasulullah Shallallahu ‘Alihi Wasallam pernah berkhutbah di
hadapan kami lalu menyebut riba dan menganggapnya sebagai persoalan besar. Dan
beliau bersabda,
“Sesungguhnya uang satu dirham yang
didapat oleh seseorang dari riba itu lebih besar dosanya di sisi Allah
dibanding 28 kali dosa zina yang dilakukan orang tersebut,” (HR. Ibnu Abid Dunya dalam Ash-Shamtu, 175, dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul
Iman, 5519)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Praktik riba yang diharamkan itu dapat kita
lihat pada hal-hal berikut ini, antara lain:
- Pinjaman berbunga. Misalnya seseorang meminjamkan uang kepada orang lain dengan syarat ada tambahan (bunga) sekian persen atau jumlah tertentu saat mengembalikannya.
- Tabungan berbunga (deposito).
- Keuntungan yang diperoleh dari penukaran mata uang (valuta asing) yang tidak diserahterimakan secara tunai di tempat transaksi. Termasuk keuntungan yang diperoleh dari toko-toko perhiasan dan permata yang menjualnya dengan uang tetapi tidak tunai.
- Arisan yang menggunakan sistem bunga, dan lain-lain.
Oleh karena itu, marilah kita berhijrah menuju sistem ekonomi
Islam yang beberapa praktiknya sudah semakin booming, tidak hanya di
negeri Muslim yang kita cintai ini, tetapi juga sudah diterapkan di
negeri-negeri yang mayoritas non muslim.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ
تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُّضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ وَأَطِيعُوا
اللهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada
Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api
neraka, yang disediakan untuk orang-orang kafir. Dan ta’atilah Allah dan Rasul,
supaya kamu diberi rahmat. (QS. Al-Imran: 130-132)
Mudah-mudahan Allah berkenan
membimbing langkah-langkah itu ke arah yang benar, menjadikan upaya-upaya
tersebut bermanfaat, dan mencukupi kebutuhan kita dengan rezeki yang halal
bukan yang haram, dengan anugerah-Nya bukan anugerah yang lain. Sesungguhnya
Dia adalah tempat meminta yang paling baik dan tempat menaruh harapan yang
paling pemurah.
بارَكَ الله
لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ
ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah ke-2:
اَلْحَمْدُ
لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ
الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اَمَّا
بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله وَ اعْلَمُوْا اَنَّ الله يُحِبُّ
مَكَارِمَ الْأُمُوْرِ وَ يَكْرَهُ سَفَاسِفَهَا يُحِبُّ مِنْ عِبَادِهِ اَنْ
يَّكُوْنُوْا فِى تَكْمِيْلِ اِسْلَامِهِ وَ اِيْمَانِهِ وَ اِنَّهُ لَا يَهْدِى
الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ
عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ
الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ
اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا
مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى
قُلُوْبَنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ
اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ
الله! اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى
الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْىِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا الله الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ
اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
sumber : http://khotbahjumat.com/riba-haram-tidak-berkah | dgn beberapa modifikasi
Posting Komentar untuk "Khutbah Jumat: Gapai Berkah, Jauhi Riba"